Kecenderungan manusia atau mad’u dalam tern dakwah ini, membawa pengaruh dan menyeret unsur-unsur sosial lainnya, tidak terkecuali para mubalig yang juga berani mengikuti arus zaman dengan segala kecerdasan dan kekusaannya karena kurang mengusai perangkat-perangkat keras maupun lunak yang dituntut manusia pada abad modern ini.
Keterampilan dan kecenderungan mengendalikan perangkat-perangkat lunak maupun keras, telah menjadi bagian penting dalam melahirkan model-model mubalig yang lebih mempunyai akses terhadap saluran saLuran yang digandrungi masyaRakaT modern ini. Mubalig yang kurang memiiki akses terhadap media online akan tergusur dan tergeser oleh mubalig-mubalig yang akrab dan mengenali kemana arah utama budaya manusia itu akan mengalir.
Oleh karena itu tidak ada salahnya segmen masyarakat seperti mubailg juga menggunakan saluran-saluran populer tersebut sebagai saluran penyampaian nilai-nilai agama Islam secara efektif.
Seperti Ustadz Felix siaw ia terkenal Karena akrab dengan dunia era sosial media, ia menggunakan media online melingkupinya sebagai sarana menyebarkan nilai-nilai Islam. Masuknya mubalig pada ranah ini memang pada aawalnya sangat dilematis, Karen media online memiliki kultur yang yang cukup kontradiktif dengan nilai-nilai yang diusung mubalig. Media online lebih berorientasi pada hiburan dn informasi, sementara mubalig pada upaya menanamkan nilai-nilai etika dan moral agama.
Penyampaian pesan-pesan Islam melalui media online belum sepenuhnya mewakili pesaan-pesan substantive Islam dalam kehidupan masyarakat . namun Islam harus membumi dalm konteks ruang dan waktu karena gambaran nilai aktualisasi Islam sebagai Rahmat bagi semesta alam.
Sumber Saripudin, Acep, 2013. Sosiologi Dakwah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
ADS HERE !!!