Everett M. rogers (1986) dalam bukunya Communication Technology, The New Media in Society, mengatakan bahwa dalam hubungan komunnikasi masyarakat dikenal empat era komunikasi yaitu Era pertama adalah era komunikasi tulisan yang sampai sekarang, lalu diteruskan dengan era komunikasi cetak yang terjadi dari, selanjutnya era telekomunikasi, dan yang terakhir era komunikasi interaktif yang masih bertahan hingga kini.
Bila dibandingkan dengan penemuan penemuan teknologi mukhtahir maka telegraf hampirhampir menjadi benda kuno dalam museum jurnalistik. Salah satu puncak penemuan teknologi informasi adalah multimedia. Yang memungkinkan suatu informasi itu dilahat, didengar dan di sentuh. Secara audiovisual tentu dengan sendirinya dan sudah menjadi yang rutin tetapi lamakelamaan informasi tersebut malah bisa disentuh, misalnya dengan cara mengirim berita cetajk jarak jauh, teknologi ini merevolusikan dalam arti menaklukan jarak dengan itu meningkatkan kecepatan.
Pada tahun 1994 barru empat surat kabar dan majalah yang membuka homepage di internet. Tahun 1995, melonjak 200 surat kabar harian dan majalah yang membuka online. Diindonesia hal yang sama juga terjadi. Dari segi bisnis, semua ini belum menghasilkan yang memadai, tapi dari segi informasi hampir seluruh dunia menikmati informasi yang diberilakan online.
Akan tetapi yang menjadi bahan pembicaraan tentang online itu adalah apa akibat dari semua tenologi multimedia terhadap proses pengerjaan pers cetak di Indonesia sendiri. Salah satu perubahan yang dibawa adalah bahwa para wartawan sudah hampir tidak memilikii alasan lagi untuk kekurangan data dalam menulis berita.
Dengan mengatakan itu tidak dengan sendirinya berarti semua fasilitas tersebut menjadikan pengerjaan karya jurnalistik menjadi lebih mudah.
Teknologi betapapun canggihnya, tetap menjadi means, alat yang hanya dijalankan dengan persiapan matang hasil pemikiran manusia.
Oetomo, Jakob. 2004. Pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak tulus. Jakarta : penerbit Buku Kompas
ADS HERE !!!